Pingin
kuliah ke luar negri? Buaaanyak beasiswa temans.. jadi bingung karena
banyaknya? Atau bingung karena banyaknya isian di form aplikasi yang harus
diisi?:) Ok lah, sebelum memilih untuk ngisi form aplikasi yang mana, mari kita
banding-bandingkan kelebihan dan kekurangan beasiswa tersebut.
Mau ngisi
form aplikasi beasiswa dalam negri untuk kuliah ke luar negri? Sejauh ini ngisi formnya masih dalam bahasa
Indonesia, satu keuntungan bagi yang belum mahir mengolah kata dalam bahasa
Inggris. Kecuali untuk proposal thesis/disertasi yang harus ditulis dalam
bahasa Inggris.
Dibandingkan
dengan form aplikasi beasiswa dari luar negri, yang punya dalam negri gak
banyak yang perlu diisi. Beasiswa LPDP misalnya, hanya meminta kita menuliskan
2 essay. Gak rumit lah, tulis sejujurnya, insya Allah lulus seleksi
administrasi.
Kalau
beasiswa luar negri…wuih, buanyak banget isiannya, sampai bingung mau ngisi
apa, sepertinya jawaban antara pertanyaan yang di lembar sebelah dengan yang di
lembar sekarang, itu juga ya jawabannya… tenang.. isi aja sejujurnya, asal
jangan persis sama, edit lagi kalimatnya, tulis ulang, ubah-ubah dikit
sesuaikan dengan pertanyaan. Dan dari baca-baca pengalaman mereka yang berburu
beasiswa… beasiswa luar negri lebih
sulit lolos…jadi harus lebih maksimal usahanya.
Tahap
wawancara, kalau beasiswa dalam negri yang wawancara sih orang kita…mostly juga
pakai bahasa Indonesia, paling ada satu-dua pertanyaan yang diminta jawab pakai
bahasa Inggris..tapi saran aku nih, kalau memang mampu berbahasa Inggris, cas
cis cus aja terus, jangan lupa persiapkan diri sebaik-baiknya dan berdoa mohon
kelancaran berbicara. Tapi hati-hati, jangan sampai terkesan sok
gitu..tunjukkan kemampuan dengan tetap menjaga kerendahan hati, bukan rendah
diri ya..
Kalau
beasiswa luar negri, pasti ada bulenya, biasanya ada juga orang Indonesia. Nah,
kalau mampu berbahasa Inggris, usahakan terus pakai bahasa Inggris selama
wawancara, keberadaan orang Indonesia sebagai pewawancara, salah satunya untuk
mengantisipasi kalau kita kehilangan kosa kata dan terpaksa ‘mix the
languages’, ada dia yang ngerti apa yang kita maksudkan. Nah…kalau sudah lolos
wawancara, insya Allah kemungkinan besar deh jadi ke luar negri, kecuali takdir
berkata lain…
Eit…ada
satu urusan lagi, walaupun bukan atas nama seleksi, tapi wajib diikutin. Yap,
betul, training pra keberangkatan. Kalau beasiswa ADS atau sekarang namanya AAS
(Australian Awards Scholarship), minimal kita ngikutin training selama 8
minggu. Paling lama kalau gak salah 24 minggu, bergantung pada skor IELTS kita.
Selama ngikutin training, kita dikasih uang saku, lebih besar dari gaji PNS
golongan IIIa yang baru lolos CPNS, beneran, pengalaman pribadi lho!
Training
yang diberikan utamanya seputar meningkatkan skill bahasa Inggris, supaya nilai
IELTS nya meningkat. Selain itu ada juga kuliah tentang perbedaan budaya, untuk
menghindari culture shock. Juga diberi kesempatan ‘meet and greet’ mereka yang
udah pernah kuliah dengan beasiswa tersebut.
Kalau
beasiswa dalam negri semisal LPDP, trainingnya cuma 10 hari, malah tahun ini
katanya cuma 7 hari. Bagi yang gak mau ninggalin keluarga lama-lama, training
yang sebentar ini cocok buat kamu. Tapi bagi yang belum pernah ke negri jauh,
harus banyak cari informasi sendiri seputar hidup di negara tujuan.
Sekarang
hitung-hitungan uang bulanan beasiswa yok…hehehe…Hal ini sangat penting bagi
mereka yang kuliah sambil bawa keluarga, soalnya hampir gak ada beasiswa yang
mau nanggung biaya keluarga…
Dari
pengalaman pemburu beasiswa, salah satu yang paling mengerti kita itu beasiswa
LPDP. Biaya bulanan diberikan per 3 bulan, di bulan ke-7, bagi yang bawa
keluarga, ada biaya untuk suami/istri sebesar 25% dari total biaya bulanan, dan
25% lagi untuk satu orang anak. Yang bawa anak lebih dari satu…harus ngirit,
lebih baik lagi kalau spousenya ada kerja part time atau bahkan full time.
No comments:
Post a Comment