Kali
ini aku mau berbagi pengalaman waktu kuliah s2 dulu (2007-2009).
Tahun
2006 aku memperoleh beasiswa AAS (waktu itu namanya ADS) dan harus mengikuti Pre-Departure Training di Jakarta selama
12 minggu dimulai dari 24 Juli 2006. Saat itu aku sedang mengandung anak
pertama, dan diperkirakan akan lahir awal Juli. Oleh keluarga besar, aku
disarankan berangkat ke Jakarta dalam bulan Mei bersama suami, jadi kami sudah settled di Jakarta sebelum waktu
melahirkan tiba, dan selanjutnya mengikuti training.
Putri
pertama kami yang kuberi nama Sarah Shalihah, lahir pada 23 Juni 2006, lebih
cepat dari perkiraan, melalui operasi Caesar, karena ketubannya sudah hampir
kering sendiri di dalam rahim, tidak tau kenapa.
Tepat
sebulan setelah itu, training di IALF dari pukul 09.00-15.00 senin – jum’at
dimulai. Alhamdulillah dari dua hari sebelum aku melahirkan, ibuku sudah hadir
mendampingi, hingga hari pulang kembali ke Aceh. Jadi ketika suami mengantar
dan menjemputku ikut training di dari rumah sewa kami di Mampang ke lokasi
training di Kuningan, ada ibu yang merawat bayi kami, terima kasih Mak…
Selama
training kami diajarkan materi-materi bahasa Inggris untuk mempertajam
kemampuan kami menjawab soal-soal IELTS (International English Language Testing
System). Selain itu kami juga dibimbing untuk mempersiapkan paper yang di akhir
training harus kami presentasikan di depan kelas. Kami juga mengikuti kelas
Cross-cultural Communication untuk menghindari Culture Shock. Ada juga kuliah umum dimana kami dengan peserta
training dari kelas-kelas lainnya bergabung bersama di ruang aula. Kami juga
dipertemukan dengan senior kami yang akan mengambil program doctoral di
Australia untuk mendengarkan mereka berbagi pengalaman tentang hidup sebagai
seorang student di Australia. Selama
training, tiap 2 pekan kami harus mengikuti tes IELTS prediction untuk memantau
perkembangan kemampuan kami dalam menjawab soal-soal IELTS.
Memasuki
bulan kedua training, kami mulai melakukan medical cek-up di rumah sakit yang
ditunjuk untuk syarat pembuatan visa. Anak dan suami juga ikut medical cek-up karena
memang rencananya kami akan berangkat bersama. Alhamdulillah kami sehat semua
dan bisa langsung mengurus visa melalui bantuan pihak sponsor.
Beberapa
hari menjelang hari raya Idul Fitri, trainingku selesai dan aku langsung pulang
ke Aceh dengan mamak dan putriku yang hampir genap 4 bulan. Suamiku tinggal di
Jakarta karena ingin merasakan I’tikaf di masjid Mampang Prapatan yang terkenal
sebagai penghasil huffadz Qur’an.
Awal
Nopember, sambil menyusui bayiku, aku melihat ada kilatan seperti cahaya lampu
pada bola mata hitam sebelah kanannya. Awalnya kupikir pantulan cahaya, tapi
ketika aku berganti posisi menyusui di tempat lain, cahaya itu tetap ada. Adik
perempuanku berinisiatif menutup mata anakku bergantian kanan dan kiri. Ketika
mata kanan ditutup, taka da reaksi dari Sarah, tapi ketika yang kiri ditutup,
tangannya dimainkan di udara, tanda dia tak ingin kehilangan penglihatan.
Segera kami bawa putri kami ke dokter spesialis mata. Setelah memeriksa
sebentar, sang dokter langsung mengatakan bahwa anakku mengidap penyakit mata
kucing, alias kanker, dan perlu perawatan intensif. Dia menganjurkan kami
membawa anak kami berobat ke Jakarta, tentu saja aku bingung, baru pulang dari
Jakarta, mau ke Jakarta lagi? Duitnya darimana? Lalu dokter itu bilang, atau
paling tidak coba ke Medan. (to be continued...)
No comments:
Post a Comment