Saturday, 7 January 2017

Kuliah S2: Di antara Perjuangan Merawat Bayi dan Anak yang Mengidap Retinoblastoma (Part 1)



Kali ini aku mau berbagi pengalaman waktu kuliah s2 dulu (2007-2009). 

Tahun 2006 aku memperoleh beasiswa AAS (waktu itu namanya ADS) dan harus mengikuti Pre-Departure Training di Jakarta selama 12 minggu dimulai dari 24 Juli 2006. Saat itu aku sedang mengandung anak pertama, dan diperkirakan akan lahir awal Juli. Oleh keluarga besar, aku disarankan berangkat ke Jakarta dalam bulan Mei bersama suami, jadi kami sudah settled di Jakarta sebelum waktu melahirkan tiba, dan selanjutnya mengikuti training. 

Putri pertama kami yang kuberi nama Sarah Shalihah, lahir pada 23 Juni 2006, lebih cepat dari perkiraan, melalui operasi Caesar, karena ketubannya sudah hampir kering sendiri di dalam rahim, tidak tau kenapa. 

Tepat sebulan setelah itu, training di IALF dari pukul 09.00-15.00 senin – jum’at dimulai. Alhamdulillah dari dua hari sebelum aku melahirkan, ibuku sudah hadir mendampingi, hingga hari pulang kembali ke Aceh. Jadi ketika suami mengantar dan menjemputku ikut training di dari rumah sewa kami di Mampang ke lokasi training di Kuningan, ada ibu yang merawat bayi kami, terima kasih Mak…

Selama training kami diajarkan materi-materi bahasa Inggris untuk mempertajam kemampuan kami menjawab soal-soal IELTS (International English Language Testing System). Selain itu kami juga dibimbing untuk mempersiapkan paper yang di akhir training harus kami presentasikan di depan kelas. Kami juga mengikuti kelas Cross-cultural Communication untuk menghindari Culture Shock. Ada juga kuliah umum dimana kami dengan peserta training dari kelas-kelas lainnya bergabung bersama di ruang aula. Kami juga dipertemukan dengan senior kami yang akan mengambil program doctoral di Australia untuk mendengarkan mereka berbagi pengalaman tentang hidup sebagai seorang student di Australia. Selama training, tiap 2 pekan kami harus mengikuti tes IELTS prediction untuk memantau perkembangan kemampuan kami dalam menjawab soal-soal IELTS.

Memasuki bulan kedua training, kami mulai melakukan medical cek-up di rumah sakit yang ditunjuk untuk syarat pembuatan visa. Anak dan suami juga ikut medical cek-up karena memang rencananya kami akan berangkat bersama. Alhamdulillah kami sehat semua dan bisa langsung mengurus visa melalui bantuan pihak sponsor. 

Beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri, trainingku selesai dan aku langsung pulang ke Aceh dengan mamak dan putriku yang hampir genap 4 bulan. Suamiku tinggal di Jakarta karena ingin merasakan I’tikaf di masjid Mampang Prapatan yang terkenal sebagai penghasil huffadz Qur’an. 

Awal Nopember, sambil menyusui bayiku, aku melihat ada kilatan seperti cahaya lampu pada bola mata hitam sebelah kanannya. Awalnya kupikir pantulan cahaya, tapi ketika aku berganti posisi menyusui di tempat lain, cahaya itu tetap ada. Adik perempuanku berinisiatif menutup mata anakku bergantian kanan dan kiri. Ketika mata kanan ditutup, taka da reaksi dari Sarah, tapi ketika yang kiri ditutup, tangannya dimainkan di udara, tanda dia tak ingin kehilangan penglihatan. Segera kami bawa putri kami ke dokter spesialis mata. Setelah memeriksa sebentar, sang dokter langsung mengatakan bahwa anakku mengidap penyakit mata kucing, alias kanker, dan perlu perawatan intensif. Dia menganjurkan kami membawa anak kami berobat ke Jakarta, tentu saja aku bingung, baru pulang dari Jakarta, mau ke Jakarta lagi? Duitnya darimana? Lalu dokter itu bilang, atau paling tidak coba ke Medan. (to be continued...)

No comments:

Post a Comment