Sementara
itu, di penghujung Juli, Sarah mulai tampak kurang ceria, dan wajahnya sembab,
agak bengkak. Awal Agustus, dengan berbekal hutang dari teman-teman yang
berasal dari Aceh, kami sekeluarga terbang menuju Kuala Lumpur, menginap di
rumah pakcik, untuk kemudian diantar ke Penang. Di Kuala Lumpur, ayah mertua
dan adik laki-laki suami yang bungsu telah tiba di rumah pakcik untuk bertemu
dengan kami karena kami memang tidak berencana kembali ke Aceh karena keadaan
yang memang bukan dalam masa libur semester. Kami ke Penang diantar oleh pakcik
dengan kendaraan pribadinya. Tiba di Penang, setelah berkonsultasi dan membeli
obat, kami lantas kembali ke Kuala Lumpur. Sekitar delapan hari di Kuala
Lumpur, kami kembali ke Adelaide.
Beberapa
hari di Adelaide, aku membawa Sarah untuk cek up mata palsunya. Namun, karena
sekitar mata kanan Sarah mulai membiru, oleh Peter, yang membuat dan mencek up
mata Sarah, aku disarankan segera melapor ke WCH. Dia khawatir ada darah yang
membeku di sekitar mata Sarah. Aku menuruti anjurannya. Di WCH, kembali aku
membuat appointment untuk scan mata Sarah.
Saat
itu sudah menjelang akhirAgustus, ketika mata Sarah kembali di scan, dan kali
ini kakinya yang sebelah kiri juga di x-ray, karena mulai membengkak. Sesekali memang Sarah
mengeluh kakinya sakit. Sekitar lima hari setelah itu, kami sekeluarga ke WCH,
untuk mendengar penjelasan hasil scan dan x-ray. Ternyata sesuatu yang sangat
tidak kuharapkan: Dokter menyerah!, kanker dalam tubuh Sarah sudah menjalar ke
kakinya. Tak kuasa aku menahan tangis sambil menatap Sarah yang juga tidak lagi
ceria.
Keesokan
hari, aku bersama adik Sarah yang masih berumur delapan bulan dan masih tidur
dalam baby trolley, menuju ke ruang international office di Flinders University,
setelah sebelumnya membuat appointment melalui email. Kujelaskan kondisi Sarah,
dan keinginanku untuk mengambil cuti satu semester karena akan membawa Sarah
pulang ke BandaAceh untuk menunggui ajalnya. Aku juga bertanya apakah akan ada
bantuan biaya untuk tiket pesawat kami. Oleh pihak international office, mereka
mengatakan aku tidak perlu mengurus apapun yang berhubungan dengan kuliah, karena
akan mereka tangani. Sedangkan untuk tiket pulang, pihak sponsor, yaitu ADS,
tidak memiliki alokasi dana untuk kasus seperti yang kualami, tapi mereka akan
menghubungi pihak asuransi.
Tak lama, aku mendapat telpon dari pihak asuransi yang mengatakan akan membayar tiket pulang juga. Lalu dengan jujur kukatakan bahwa tiket kami sudah ditanggung pihak yayasan kanker. Namun officer di ujung telpon mengatakan bahwa dia akan menyampaikan hal itu pada bosnya. Selang sehari, pihak asuransi mengirim email mengatakan bahwa mereka akan tetap membayar tiket kami dengan cara mentransfer uang sejumlah biaya tiket ke rekeningku.
No comments:
Post a Comment