Monday, 16 January 2017

Kuliah S2: Diantara Perjuangan Merawat Bayi dan Anak yang Mengidap Retinoblastoma (Part 6)




Dalam perjalanan menuju WCH, Mamak berusaha menenangkan kami, walaupun awalnya Mamak bersikeras Sarah jangan dibawa ke RS, tapi Mamak yakin, ini semua skenario Allah, dan Allah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kami. Tiba di RS, kami sudah ditunggu oleh pihak Family SA, lalu kami pun melapor ulang dan Sarah dijadwalkan untuk scan mata pada 7 Desember. Minggu berikutnya, tanggal 13 Desember, kami kembali ke WCH, kali ini Sarah harus menginap dua malam untuk operasi mata yang dijadwalkan pada tanggal 14 Desember, hari perkiraan aku akan melahirkan adiknya Sarah yang ternyata tertunda. Pekan berikutnya, tanggal 19 Desember, yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha, kembali Sarah harus menginap dua malam di WCH untuk kemoterapi pertama. Setelah menunaikan shalat hari raya, kami pun langsung menuju WCH. 

Malam-malam Sarah di WCH ditemani Mamak, karena hanya satu orang yang boleh ikut menginap bersama pasien. Karena kondisi kehamilanku, maka kami memutuskan Mamaklah yang menginap. Kami biasanya pulang ketika Sarah sudah tidur. Tanggal 20 malam, aku mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan. Kami memutuskan tidak ke Flinders Hospital, RS dimana aku tercatat sebagai pasiennya, tapi kami langsung ke bagian persalinan di WCH. Setelah diperiksa oleh bidan yang bertugas malam itu, aku dibolehkan menginap ditemani suamiku. Bidan datang tiap jam mengecek kondisiku. Akhirnya, subuh pagi itu aku diminta masuk ke ruang bersalin. Anak kedua kami, laki-laki, lahir melalui persalinan normal pada pukul 10.32 pagi waktu setempat. 
Hari itu hari Jum’at, dan Sarah sudah diperbolehkan pulang siang itu selesai jumatan. Sementara aku pulang setelah isya dijemput suami dan tetangga kami, Mbak Tika dan keluarganya dengan tidak lupa membawa kuah soto untuk makan malamku, thanks so much Mbak…  
 
Perawatan untuk Sarah terus berlanjut setiap minggunya berupa cek darah, dan kemoterapi setiap 3 minggu. Mata Sarah juga regular di scan setiap selesai 2x kemoterapi. Karena Mamak hanya bisa menemani kami selama tiga bulan, maka memasuki semester dua, aku mengambil mata kuliah intensif, dimana aku hanya perlu masuk kelas satu bulan 1x untuk tiap mata kuliah yang ku ambil, total ada 3 mata kuliah. Selebihnya adalah membaca dan menulis paper. Mata kuliah yang kuambil adalah mata kuliah yang ada di jurusan Education, jadi bukan mata kuliah pendidikan Bahasa Inggris/TESOL, karena tidak ada mata kuliah TESOL yang dapat diambil dengan intensive mode. Aku sengaja tidak mengambil spesialisasi, jadi aku bebas mau ambil mata kuliah apa saja yang kusesuaikan dengan kebutuhanku. Dengan cara ini, aku bisa menemani Sarah ke WCH setiap minggunya. 

Kuliah semester dua berakhir di akhir Juni, begitu juga siklus kemoterapi yang harus dijalani Sarah. Scan mata ketiga masih agak lama jadwalnya karena banyak pasien yang antri. Selama perawatan, Sarah tampak sehat dan ceria walaupun rambutnya rontok dan biasanya muntah di malam pertama setelah kemoterapi. Tapi setelah muntah dan mual hilang, Sarah akan kembali ceria dengan loncat-loncat di atas kasur. 

Awal bulan Juli aku masih pergi mengunjungi teman yang baru melahirkan di Flinders Hospital bersama Sarah.


Namun setelah scan mata terakhir, dokter mengatakan bahwa kankernya sudah mulai menjalar. Dokter memberi opsi untuk kemoterapi lanjutan dengan dosis obat yang ditambah, dengan resiko Sarah mungkin harus menginap di WCH karena akan butuh transfuse darah, atau di radioterapi, yang akan berdampak pada wajah kanannya akan tampak seperti hangus, dan itu permanen. Tentu saja mendengar penjelasan dokter, aku jadi bingung, karena aku sangat mengharapkan Sarah akan sembuh. Saat itu, seperti biasa, aku hanya ke WCH berdua Sarah, akhirnya setelah menelpon suami, aku memutuskan untuk setuju Sarah mendapatkan kemoterapi lanjutan.

Tiba di rumah, kami mendiskusikan lebih lanjut tentang opsi pengobatan untuk Sarah. Akhirnya kami putuskan untuk meneruskan pengobatan herbal, kali ini tujuan kami ke pusat pengobatan khusus kanker dengan terapi herbal di Penang, Malaysia. Dengan pihak WCH, aku membatalkan appointment untuk kemoterapi lanjutan dan mengatakan akan membawa Sarah berobat di Malaysia saja. Khawatir Dokter akan melarangku, aku beralasan bahwa aku akan segera memasuki kuliah setelah semester break, dan di Malaysia, ada Mamak yang akan menemani Sarah.

6 comments:

  1. Mi Dian Sudah akan Ada yg menunggu di Syurga...

    ReplyDelete
  2. Aamiin... makasih Bunda Ika... :)

    ReplyDelete
  3. Ibu dian pembimbing skripsi saya yang baik hatinya..cerita ibu menyentuh sx Dan sangat menginspirasi..agar tidak pantang menyerah ya bu..!!Untuk ibu semoga Allah Selalu limpahkan kebaikan Ya bu untuk ibu.. :)

    ReplyDelete
  4. Aamiin... in syaa Allah..Jazakillah do'anya, tapi ini siapa ya? Ga keluar namanya, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. Ini Saya bu dian,, try wulandari.. Masi ingat bu kan..:)

      Delete
    2. Hehe.. Ini Saya bu dian,, try wulandari.. Masi ingat bu kan..:)

      Delete